Laman Resmi
Pemerintah Desa Wonorejo
Kabupaten Sukoharjo

Desa
Wonorejo

Login Admin
Statistik Pengunjung
Info Aplikasi
Selamat Datang di Website Resmi Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah Mari Bersama-sama Wujudkan Desa Wonorejo Sebagai Desa Anti Korupsi #WonorejoReligius&Berbudaya

Info

Berita / Artikel

Sejarah Desa Wonorejo

Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, konon kabarnya telah ada sejak masa pemerintahan Raja Ketiga Keraton Kasunanan Surakarta, Sri Susuhunan Paku Buwana (PB) IV atau yang kerap disapa Sunan Bagus.

Kepala Desa Wonorejo, Yusuf Aziz Rahma mengatakan pengakuan asal usul berdasarkan trah tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Keraton Surakarta dan juga Keraton Yogyakarta.

“Pengesahan pada tanggal 1 Muharam 1400 H atau tanggal 31 November 1979, sesuai dengan dokumen Trah Kyai Imam Syuhodo tersebut,” jelas Yusuf.

“[Asale] Dukuh Wonorejo berawal sejak Pemerintahan Keraton Surakarta pada masa Sri Susuhunan PB IV bertakhta, diperkirakan pada tahun 1785 M,” jelasnya.

Sinuhun PB IV memberi nama Wonorejo, yang berasal dari kata Wono berarti hutan dan Rejo berarti ramai. Sinuhun PB IV memberikan nama itu bukan tanpa sebab. Mengingat dulunya wilayah tersebut adalah hutan dan akhirnya menjadi ramai.

Kyai Imam Syuhodo Apil Quran sebagai abdi dalem dan menjabat sebagai Wedono Perdikan dianugerahi nama Raden Ngabehi Imam Syuhodo I, selanjutnya menjadi sesepuh dan pimpinan Dukuh Wonorejo.

Konon kabarnya pendiri Dukuh Wonorejo ialah Kyai Imam Syuhodo Apil Quran. Menurut Kepala Desa yang di sapa Aziz itu, Kyai Imam Syuhodo diangkat menjadi Wedono Perdikan dari Sinuhun PB IV dan dianugerahi Tanah Honggobayan yang masih berwujud hutan.

Berdasarkan cerita, tempat dan pondok pesantren yang didirikan di Tanah Honggobayan kian hari kian bertambah banyak jumlah santrinya. Santri yang hadir berasal dari daerah Keraton Surakarta maupun dari luar keraton.

Melihat antusias tersebut, atas perkenaan Sinuhun PB IV masjid yang pada awalnya hanya kecil, dirubah menjadi besar dan dianugerahi perkakas masjid.

“Masjid Agung Wonorejo dibangun berloteng pada waktu Sinuhun PB IV belajar Al Quran kepada Kyai Imam Syuhodo. Sinuhun biasanya belajar di loteng Masjid,” jelasnya.

“Penyusunan wulangreh atau Serat Wulangreh yang ditulis PB IV juga di Masjid Wonorejo,” jelas Aziz lagi. Aziz menambahkan riwayat itu bersumber dari dokumentasi para sesepuh warga Desa Wonorejo yang tergabung dalam Trah Kyai Imam Syuhodo Wonorejo. Aziz berharap ke depan Wonorejo menjadi desa yang religius dan berbudaya.

“Dengan sejarah Islam dan budaya yang kuat di Desa Wonorejo. Maka saat ini saya berharap Wonorejo menjadi desa yang religius dan berbudaya,” harapnya.

Sementara itu berdasarkan sumber lain, Pengajar Pondok Pesantren Imam Syuhodo Blimbing Sukoharjo, Ninin Karlina mengatakan hampir 98% warga di Desa Wonorejo beragama Islam.

“Sini [Wonorejo] 100% muslim dan 98% Muhammadiyah. Ada Kristen satu atau dua orang itu pun baru-baru ini dan pendatang dari Bali kayaknya,” jelasnya.

Dia menambahkan asal usul Desa Wonorejo diawali oleh seorang Kyai Imam Syuhodo yang di kenal dengan julukan Kyai Apil Quran. Istilah nama tersebut diberikan oleh PB IV karena Kyai Imam Syuhodo dianggap sebagai kyai yang hafal Al-Qur’an.

Kyai Imam Syuhodo juga dikatakan telah mendirikan masjid dan pesantren sekitar abad ke 17. Menurutnya, keberadaan masjid dan pesantren tersebut membuat keturunan dan masyarakat Wonorejo mengenal agama Islam sejak lahir.

Sementara sejarah berdirinya Muhammadiyah di Desa Wonorejo terinspirasi peristiwa dibubarkannya madrasah yang dimotori oleh tokoh-tokoh muda Desa Wonorejo di masjid Agung Wonorejo oleh pemerintah kolonial Belanda.

Pada waktu itu, sekitar tahun 1925 tokoh-tokoh muda Islam Desa Wonorejo mendirikan kegiatan madrasah yang bertempat di Masjid Agung Wonorejo.

Namun pengajian tersebut tidak bertahan lama karena baru berjalan selama tiga bulan telah diketahui oleh pemerintah kolonial Belanda dan kemudian dibubarkan.

Sumber : Soloraya.solopos.com

Beri Komentar

Komentar Facebook

layananmandiri

Hubungi Aparatur Desa Untuk mendapatkan PIN

Statistik Penduduk

Lokasi Kantor Desa

Alamat:Jl. KH. Ahmad Dahlan No 155, RT 04 RW 02, Wonorejo
Desa : Wonorejo
Kecamatan : Polokarto
Kabupaten : Sukoharjo
Kodepos : 57555

Peta Wilayah Desa

Transparansi Anggaran

APBD 2025 Pelaksanaan

Pendapatan

Anggaran:Rp 2.159.206.000,00
Realisasi:RP 1.167.889.890,00

54.09%

Belanja

Anggaran:Rp 2.772.301.238,00
Realisasi:RP 571.695.900,00

20.62%

Pembiayaan

Anggaran:Rp 79.213.238,00
Realisasi:RP 79.213.238,00

100%

APBD 2025 Pendapatan

Dana Desa

Anggaran:Rp 1.409.317.000,00
Realisasi:RP 845.590.200,00

60%

Alokasi Dana Desa

Anggaran:Rp 749.889.000,00
Realisasi:RP 322.299.690,00

42.98%

APBD 2025 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa

Anggaran:Rp 1.254.651.344,00
Realisasi:RP 298.643.000,00

23.8%

Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

Anggaran:Rp 895.076.000,00
Realisasi:RP 108.300.000,00

12.1%

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Anggaran:Rp 127.017.000,00
Realisasi:RP 2.650.000,00

2.09%

Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

Anggaran:Rp 470.018.000,00
Realisasi:RP 156.702.900,00

33.34%

Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa

Anggaran:Rp 25.538.894,00
Realisasi:RP 5.400.000,00

21.14%

Laman Resmi
Pemerintah Desa Wonorejo
Kabupaten Sukoharjo

Desa
Wonorejo

Login Admin
Statistik Pengunjung
Info Aplikasi

Berita / Artikel

Sejarah Desa Wonorejo

Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, konon kabarnya telah ada sejak masa pemerintahan Raja Ketiga Keraton Kasunanan Surakarta, Sri Susuhunan Paku Buwana (PB) IV atau yang kerap disapa Sunan Bagus.

Kepala Desa Wonorejo, Yusuf Aziz Rahma mengatakan pengakuan asal usul berdasarkan trah tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Keraton Surakarta dan juga Keraton Yogyakarta.

“Pengesahan pada tanggal 1 Muharam 1400 H atau tanggal 31 November 1979, sesuai dengan dokumen Trah Kyai Imam Syuhodo tersebut,” jelas Yusuf.

“[Asale] Dukuh Wonorejo berawal sejak Pemerintahan Keraton Surakarta pada masa Sri Susuhunan PB IV bertakhta, diperkirakan pada tahun 1785 M,” jelasnya.

Sinuhun PB IV memberi nama Wonorejo, yang berasal dari kata Wono berarti hutan dan Rejo berarti ramai. Sinuhun PB IV memberikan nama itu bukan tanpa sebab. Mengingat dulunya wilayah tersebut adalah hutan dan akhirnya menjadi ramai.

Kyai Imam Syuhodo Apil Quran sebagai abdi dalem dan menjabat sebagai Wedono Perdikan dianugerahi nama Raden Ngabehi Imam Syuhodo I, selanjutnya menjadi sesepuh dan pimpinan Dukuh Wonorejo.

Konon kabarnya pendiri Dukuh Wonorejo ialah Kyai Imam Syuhodo Apil Quran. Menurut Kepala Desa yang di sapa Aziz itu, Kyai Imam Syuhodo diangkat menjadi Wedono Perdikan dari Sinuhun PB IV dan dianugerahi Tanah Honggobayan yang masih berwujud hutan.

Berdasarkan cerita, tempat dan pondok pesantren yang didirikan di Tanah Honggobayan kian hari kian bertambah banyak jumlah santrinya. Santri yang hadir berasal dari daerah Keraton Surakarta maupun dari luar keraton.

Melihat antusias tersebut, atas perkenaan Sinuhun PB IV masjid yang pada awalnya hanya kecil, dirubah menjadi besar dan dianugerahi perkakas masjid.

“Masjid Agung Wonorejo dibangun berloteng pada waktu Sinuhun PB IV belajar Al Quran kepada Kyai Imam Syuhodo. Sinuhun biasanya belajar di loteng Masjid,” jelasnya.

“Penyusunan wulangreh atau Serat Wulangreh yang ditulis PB IV juga di Masjid Wonorejo,” jelas Aziz lagi. Aziz menambahkan riwayat itu bersumber dari dokumentasi para sesepuh warga Desa Wonorejo yang tergabung dalam Trah Kyai Imam Syuhodo Wonorejo. Aziz berharap ke depan Wonorejo menjadi desa yang religius dan berbudaya.

“Dengan sejarah Islam dan budaya yang kuat di Desa Wonorejo. Maka saat ini saya berharap Wonorejo menjadi desa yang religius dan berbudaya,” harapnya.

Sementara itu berdasarkan sumber lain, Pengajar Pondok Pesantren Imam Syuhodo Blimbing Sukoharjo, Ninin Karlina mengatakan hampir 98% warga di Desa Wonorejo beragama Islam.

“Sini [Wonorejo] 100% muslim dan 98% Muhammadiyah. Ada Kristen satu atau dua orang itu pun baru-baru ini dan pendatang dari Bali kayaknya,” jelasnya.

Dia menambahkan asal usul Desa Wonorejo diawali oleh seorang Kyai Imam Syuhodo yang di kenal dengan julukan Kyai Apil Quran. Istilah nama tersebut diberikan oleh PB IV karena Kyai Imam Syuhodo dianggap sebagai kyai yang hafal Al-Qur’an.

Kyai Imam Syuhodo juga dikatakan telah mendirikan masjid dan pesantren sekitar abad ke 17. Menurutnya, keberadaan masjid dan pesantren tersebut membuat keturunan dan masyarakat Wonorejo mengenal agama Islam sejak lahir.

Sementara sejarah berdirinya Muhammadiyah di Desa Wonorejo terinspirasi peristiwa dibubarkannya madrasah yang dimotori oleh tokoh-tokoh muda Desa Wonorejo di masjid Agung Wonorejo oleh pemerintah kolonial Belanda.

Pada waktu itu, sekitar tahun 1925 tokoh-tokoh muda Islam Desa Wonorejo mendirikan kegiatan madrasah yang bertempat di Masjid Agung Wonorejo.

Namun pengajian tersebut tidak bertahan lama karena baru berjalan selama tiga bulan telah diketahui oleh pemerintah kolonial Belanda dan kemudian dibubarkan.

Sumber : Soloraya.solopos.com

Beri Komentar

Komentar Facebook